Berpikirlah Seperti Orang-orang Jenius
Cyber juga manusia | 00.17 |
Berpikirlah Seperti Orang-orang Jenius
(Delapan strategi yang dipakai oleh orang-orang yang superkreatif, dari Aristoteles dan Leonardo sampai Einstein dan Edison)
Walaupun Anda bukan seorang jenius, Anda bisa menggunakan strategi yang sama seperti Aristoteles dan Einstein dalam mempergunakan kekuatan dari pemikiran kreatif Anda dan mengelola masa depan Anda dengan lebih baik.
Bagaimana seorang jenius mengemukakan gagasan-gagasannya? Apa yang biasa dipikirkan orang terhadap lukisan "Monalisa", atau teori relativitas? Karakteristik apa yang terdapat dalam strategi berpikir Einsteins, Edison, da Vinci, Darwin, Picasso, Michelangelo, Galileo, Freud, dan Mozard? Apa yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dari mereka?
Orang kadang-kadang menyamakan antara orang yang ber-IQ tinggi dengan jenius. Orang dengan intelegensi tinggi biasanya IQ-nya lebih tinggi dari seseorang penerima Hadiah Nobel, umumnya mencapai 122.
Jenius biasanya mencapai score 1600 pada Tes Scholastik, menguasai 14 bahasa pada usia tujuh tahun, menyelesaikan soal-soal Mensa dalam waktu yang telah ditetapkan, mempunyai IQ yang luar biasa tinggi dan cerdas.
Setelah melalui perdebatan sengit para psikolog pada tahun 1960, Joy P. Guilford, seorang pakar yang berfokus pada kreativitas, mengumumkan keputusan para psikolog bahwa kreativitas tidaklah sama dengan intelegensi. Seorang pribadi/individu bisa lebih kreatif daripada cerdas, atau lebih cerdas daripada kreatif.
Berpikir produktif vs Reproduktif
Yang dimaksud dengan berpikir reproduktif adalah berpikir pada dasar/basis masalah yang terjadi pada waktu yang lalu. Bila kita berhadapan dengan masalah-masalah, kita akan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Kita bertanya, "Apa yang pernah saya pelajari dalam kehidupan saya, pendidikan, atau pekerjaan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?" Kemudian kita menganalisis dan mengambil solusi yang terbaik untuk pemecahan masalah yang sedang kita hadapi. Namun karena solusi yang diambil berdasarkan perjalanan yang lalu, kita tidak berhati-hati menerapkannya. Mungkin permasalahan di masa lalu agak sedikit berbeda sehingga akhirnya penyelesaian masalah itu kurang mengena.
Sebaliknya, para jenius berpikir produktif, bukan reproduktif. Bila menghadapi masalah, mereka bertanya: Berapa banyak cara saya melihat itu? Bagaimana saya memikirkan kembali cara saya melihat itu? Berapa banyak cara yang berbeda yang dapat mengatasi masalah itu? Seorang jenius tidak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut, Apa yang pernah saya pelajari dari seseorang untuk mengatasi masalah seperti ini? Mereka cenderung untuk mengangkat masalah ini dengan banyak respon- respon yang berbeda, beberapa tidak biasa dan unik. Seorang yang berpikiran produktif akan mengatakan dengan banyak cara penampilan untuk mengungkapkan "tigabelas" seperti dijelaskan sebagai berikut:
Seperti yang Anda lihat, dengan mengungkapkan 13 dalam beberapa cara atau membaginya menjadi dua dengan beberapa cara juga, dapat dikatakan bahwa setengah dari 13 adalah 6.5 atau 1 dan 3, atau 4, atau 11 dan 2, atau 8, dan seterusnya.
Dengan berpikir produktif, seseorang akan mengemukakan sebanyak mungkin alternatif pemecahan bagi suatu masalah.
STRATEGI BERPIKIR PARA JENIUS
Sejumlah sarjana bekerja keras mempelajari bagaimana para jenius berpikir. Dengan cara mempelajari catatan-catatan, koresponden, tanya jawab dan gagasan-gagasan dari pemikir-pemikir besar, para sarjana ini mengidentifikasikan strategi berpikir yang spesifik dan gaya berpikir yang memungkinkan para jenius menghasilkan novel yang banyak dan bervariasi dan juga gagasangagasan yang orisinil
DELAPAN STRATEGI
Berikut ini uraian singkat mengenai stategi-strategi yang umumnya merupakan gaya berpikir dari para jenius yang kreatif dalam ilmu pengetahun, seni, dan industri, sampai sejarah.
1. Jenius melihat masalah dari berbagai sudut
Jenius kadang-kadang menemukan perspektif baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Leonardo da Vinci percaya bahwa, untuk memperoleh pengetahuan mengenai bentuk suatu masalah, Anda harus mulai dengan mempelajari bagaimana merestrukturisasikan masalah itu dengan berbagai macam cara. Ia merasa bahwa cara pertama ketika ia melihat suatu masalah, sangat bias terhadap cara yang biasanya digunakan olehnya dalam melihat hal-hal yang ada. Ia akan merestrukturisasikan masalahnya dengan melihat masalah itu dari satu perspektif dan bergerak ke prespektif yang lain dan yang lain lagi. Dengan setiap pergerakan, pengertiannya akan bertambah dalam dan akan mulai mengerti inti persoalannya.
Toeri relativitas Einstein, pada intinya, merupakan perjalanan dari interaksi antara perspektif-perspektif yang berbeda. Metode analitik Freud didesain untuk menemukan detail- detail yang tidak cocok dengan perspektif-perspektif tradisional, dengan tujuan untuk menemukan pendirian baru yang lengkap.
Untuk menyelesaikan masalah secara kreatif, pemikir harus meninggalkan pendekatan awal, yang berasal dari pengalaman yang lalu, dan mengkonsep ulang masalah. Dengan tidak menempatkan pada satu perspektif, jenius tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, seperti menemukan suatu lingkungan yang bersahabat dan hangat. Mereka mengenal sesuatu yang lain.
2. Para jenius berpikiran tajam
Ledakan kreativitas pada Renaissance sangat terikat pada perekaman dan penyampaian pengetahuan yang sangat banyak dalam hal melukis, grafik dan diagram, seperti pada diagram yang terkenal dari da Vinci dan Galileo. Revolusi ilmu pengetahuan Galileo dengan mengemukakan pemikiran yang tajam tentang penggunaan grafik, sedangkan orang-orang yang sezamannya hanya menggunakan pemikiran secara matematis dan secara lisan.
Sekali para jenius mendapatkan fasilitas untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan, tampaknya mereka akan mengembangkan keterampilannya berpikir yang tajam dan kemampuan berpikir sebatas ruang/tempat, yang memberikan kepada mereka fleksibilitas untuk menampilkan penjelasan dengan berbagai cara. Bila Einstein berpikir melalui suatu masalah, ia selalu menemukan bahwa perlu merumuskan pokok masalah melalui berbagai macam cara, sebanyak mungkin, termasuk menggunakan diagram. Ia mempunyai pemikiran yang tajam; ia berpikir dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang tajam dan dalam bentuk ruang, daripada berpikir secara murni matematis atau secara lisan. Kenyataannya Einstein percaya bahwa kata-kata dan angka-angka, seperti sebagaimana itu dituliskan dan disebutkan, tidak akan memainkan peran secara signifikan dalam proses berpikir seseorang.
3. Para jenius memproduksi
Karakteristik yang berbeda dari jenius adalah produktivitas dalam jumlah besar. Thomas Edison memegang 1093 hak paten, tetap merupakan rekor. Ia memberikan garansi produktivitas dengan memberikan dirinya dan asistennya bagian-bagian gagasan. Bagian pribadi yang dimiliki Edison merupakan satu penemuan kecil setiap sepuluh hari dan suatu penemuan besar setiap enam bulan.
Bach menulis kantata setiap minggu, meski pada saat ia sakit dan merasa lelah. Mozart memproduksi lebih dari 600 buah musik. Einstein sangat terkenal paling baik dengan makalahnya mengenai teori relativitas, tetapi ia juga memproduksi 248 makalah lainnya.
Sebuah penelitian mengenai 2036 ilmuan di sepanjang sejarah, Dein Keith Simionton dari Universitas California di Davis menemukan bahwa ternyata yang diproduksi pakar-pakar besar bukan hanya menghasilkan kinerja-kinerja besar, namun juga kinerja-kinerja yang "buruk". Dari begitu banyak kinerja yang mereka hasilkan, kualitas bisa berbeda-beda.
4. Para jenius membuat kombinasi-kombinasi Baru
Pada buku karangan Simonton, "Sientific Genius" (1989), Simonton menuliskan bahwa para jenius senantiasa menciptakan kombinasi-kombinasi pemikiran yang baru. Berbeda dengan pengarang berbakat pada umumnya. Seperti anak-anak yang membangun bangunan dari balokbalok mainan, seorang jenius secara konstan mengkombinasikan dan mengkombinasikan ulang ide-ide/gagasan-gagasan, image-image dan pemikiran-pemikiran ke dalam kombinasi-kombinasi yang berbeda dalam alam sadar dan alam di bawah sadar mereka.
Menurut konsep persamaan Einstein, E = mc2. Einstein tidak menemukan konsep mengenai energi, massa atau kecepatan cahaya. Namun dengan mengkombinasikan konsep-konsep ini dengan cara baru, ia dapat melihat ke dunia yang sama seperti siapa pun juga dan melihat sesuatu yang berbeda. Hukum pengembangbiakan yang mendasari ilmu pengetahun modern mengenai genetika berasal dari biarawan Austria Gregor Mendel, yang mengkombinasikan matematika dengan biologi untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru.
5. Para Jenius menekankan hubungan
Da Vinci menekankan suatu hubungan antara suara sebuah lonceng dengan sebuah batu yang dilemparkan ke air. Ini membuat ia mengerti bahwa ada hubungan antara suara dan gelembung. Pada tahun 1865, F. A. Kekule mengkhayalkan bentuk sebuah cincin seperti molekul benzone dengan memimpikan seekor ular yang sedang menggigit ekornya. Samuel Morse mengalami jalan buntu ketika akan menampilkan bagaimana memproduksi sinyal telegrafik yang cukup kuat untuk dikirimkan dari pantai ke pantai. Pada suatu hari ia melihat kuda-kuda yang terikat sedang ditukar di suatu stasiun relay dan menginspirasikan kepadanya suatu hubungan antara stasiun relay untuk kuda-kuda dengan sinyal-sinyal yang kuat. Hasilnya adalah memberikan sinyal secara periodik dengan kekuatan dorongan.
6. Para jenius berpikir berlawanan
Ahli fisika dan filsafat David Bohm percaya bahwa jenius dapat memikirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda sebab dapat mentoleransikan dua perasaan yang bertentangan, antara dua hal yang berlawanan atau dua hal yang tidak sesuai. Albert Rothenberg, seorang peneliti proses kreatif, mengidentifikasikan kemampuan ini dengan berbagai variasi pada para jenius - termasuk Einstein, Mozart, Edison, Pasteur, Conrad, dan Picasso - dalam bukunya " The emerging Godless: The Creative Process in Art, Science and Other field." Ahli fisika Niels Bohm percaya bahwa apabila Anda bertahan pada pengertian yang berlawanan secara bersama-sama, maka Anda menggantungkan pikiran Anda bergerak ke tingkatan yang baru. Penggantungan pikiran menyebabkan kecerdasan di luar pikiran untuk bertindak dan menciptakan format baru. Putaran dari pemikiran yang bertentangan menciptakan kondisi sebagai suatu pendirian yang baru.
Penemuan Thomas Edison tentang sistem tenaga listrik diawali dengan tindakan mengkombinasikan kawat pada kontak paralel dengan kawat pijar yang bertegangan tinggi dalam bola lampu - suatu hal yang mustahil bagi pemikir-pemikir konvensional. Hal ini disebabkan Edison dapat mentoleransikan perasaan yang bertentangan, dua hal yang tidak sesuai. Ia dapat melihat hubungan yang membawanya ke terobosan baru.
7. Para jenius berpikir dengan kiasan
Aristoteles menganggap kiasan merupakan tanda seorang jenius, ia percaya bahwa seorang individu yang mempunyai kemampuan untuk merasakan kemiripan/persamaan antara dua daerah yang terpisah, dan mencari mata rantai antara keduanya, adalah seorang dengan bakat istimewa.
Alexander Graham Bells membandingkan kinerja bagian dalam telinga dengan sepotong selaput dari baja ringan - dan memahami cara kerja telepon. Einstein mengambil manfaat dan menjelaskan prinsip- prinsipnya yang abstrak dengan cara menggambarkan persamaan-persamaan/kias-kias melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi setiap hari seperti mendayung kapal atau berdiri di halte kereta api ketika kereta lewat.
8. Jenius mempersiapkan diri untuk meraih kesempatan
Bila kita menetapkan untuk melakukan sesuatu dan gagal, kita berhenti untuk mencoba melakukan yang lain. Ini merupakan prinsip kreatif yang gagal. Seharusnya kita bertanya mengapa kita sampai gagal melakukan yang kita inginkan, ini adalah suatu pertanyaan biasa.
Tetapi gagal dalam kreatif mempunyai pertanyaan yang berbeda: Apa yang kita lakukan? Menjawab pertanyaan itu merupakan sesuatu yang baru, cara yang tidak diharapkan merupakan inti dari kegiatan kreatif. Memang kita tidak beruntung, namun kita mendapatkan wawasan yang kreatif.
Alexander Fleming bukanlah seorang dokter pertama yang mempelajari bakteri yang mematikan. Ia mencatat bahwa jamur dapat membentuk suatu kebudayaan baru. Dokter-dokter yang berbakat pada zaman itu membuang peluang yang tampaknya tidak relevan ini, tetapi Fleming mencatat sebagai "sangat menarik" dan memikirkan apakah jamur ini bisa potensial. Ternyata hal yang dikatakan Fleming sebagai "sangat menarik" kemudian diobservasi dan menjadi obat penisilin.
Edison, ketika merenungkan bagaimana membuat kawat arang, dengan tidak sengaja mempermainkan sebongkah dempul. Ia memutar dan membelit dempul itu dengan tangannya. Ketika ia melihat ke kedua tangannya, jawabannya ada di sana: lilit carbon seperti tali.
B. F. Skiner menekankan suatu prinsip utama bagi metodologi ilmu pengetahuan: Bila Anda menemukan sesuatu yang menarik, hentikan segala sesuatu, dan teliti hal yang menarik tadi. Jenius yang kreatif tidak mau menunggu sampai ada kesempatan; sebaliknya justru mereka secara aktif memburu penemuan yang tidak disengaja itu dengan segera.
TES UNTUK MELIHAT CARA BERPIKIR JENIUS ANDA
Kebanyakan orang melihat gambar di atas sebagai barisan gambar persegi dan bulatan yang berselang-seling. Gambar itu agak sukar terlihat sebagai kolom-kolom bulatan dan persegi yang berselang-seling.
Sekali kita menentukan gambar tersebut sebagai kolom-kolom bulatan dan persegi yang berselang-seling, maka pasti kita akan dapat melihatnya. Hal ini bisa terjadi karena kita sudah terbiasa menjadi pasif dalam menyatukan item-item yang hampir sama dalam pikiran kita. Para jenius, di lain pihak senantiasa "menumbangkan" kebiasaan; dan secara aktif mencari cara-cara alternatif untuk memikirkan hal-hal yang dihadapinya.
TERAPIKAN STRATEGI INI PADA DIRI ANDA
Jenius yang kreatif tahu bagaimana menggunakan strategi berpikir ini - dan mengajarkan kepada orang lain agar menggunakannya. Harriet Zuckerman, sosiolog, menemukan bahwa enam mahasiswa Enrico Fermi mendapat Hadiah Nobel, sama seperti dia.
Ernest Lawrence dan Niel Bohr masing-masing mempunyai empat orang mahasiswa yang memenangkan Hadiah Nobel. J. J. Thomson dan Ernest Rutherford sebagai pelatih mempunyai 17 siswa pemenang hadiah Nobel.
Pertimbangan dalam pemberian Hadiah Nobel bukanlah karena orang tersebut kreatif dalam bidangnya, namun juga bisa mengajarkan orang lain untuk berpikir kreatif.
Penelitian Zuckerman membuktikan bahwa penerimaan Hadiah Nobel bisa menguasai ilmu pengetahuan karena sebelumnya mereka telah mempelajari gaya dan strategi berpikir yang berbeda. Jadi jelas, strategi-strategi jenius dapat dipelajari.
Menyadari dan menerapkan strategi-strategi berpikir yang umum dari jenius-jenius yang kreatif dapat membantu Anda menjadi lebih kreatif dalam tugas dan kehidupan pribadi Anda
Walaupun Anda bukan seorang jenius, Anda bisa menggunakan strategi yang sama seperti Aristoteles dan Einstein dalam mempergunakan kekuatan dari pemikiran kreatif Anda dan mengelola masa depan Anda dengan lebih baik.
Bagaimana seorang jenius mengemukakan gagasan-gagasannya? Apa yang biasa dipikirkan orang terhadap lukisan "Monalisa", atau teori relativitas? Karakteristik apa yang terdapat dalam strategi berpikir Einsteins, Edison, da Vinci, Darwin, Picasso, Michelangelo, Galileo, Freud, dan Mozard? Apa yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dari mereka?
Orang kadang-kadang menyamakan antara orang yang ber-IQ tinggi dengan jenius. Orang dengan intelegensi tinggi biasanya IQ-nya lebih tinggi dari seseorang penerima Hadiah Nobel, umumnya mencapai 122.
Jenius biasanya mencapai score 1600 pada Tes Scholastik, menguasai 14 bahasa pada usia tujuh tahun, menyelesaikan soal-soal Mensa dalam waktu yang telah ditetapkan, mempunyai IQ yang luar biasa tinggi dan cerdas.
Setelah melalui perdebatan sengit para psikolog pada tahun 1960, Joy P. Guilford, seorang pakar yang berfokus pada kreativitas, mengumumkan keputusan para psikolog bahwa kreativitas tidaklah sama dengan intelegensi. Seorang pribadi/individu bisa lebih kreatif daripada cerdas, atau lebih cerdas daripada kreatif.
Berpikir produktif vs Reproduktif
Yang dimaksud dengan berpikir reproduktif adalah berpikir pada dasar/basis masalah yang terjadi pada waktu yang lalu. Bila kita berhadapan dengan masalah-masalah, kita akan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Kita bertanya, "Apa yang pernah saya pelajari dalam kehidupan saya, pendidikan, atau pekerjaan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?" Kemudian kita menganalisis dan mengambil solusi yang terbaik untuk pemecahan masalah yang sedang kita hadapi. Namun karena solusi yang diambil berdasarkan perjalanan yang lalu, kita tidak berhati-hati menerapkannya. Mungkin permasalahan di masa lalu agak sedikit berbeda sehingga akhirnya penyelesaian masalah itu kurang mengena.
Sebaliknya, para jenius berpikir produktif, bukan reproduktif. Bila menghadapi masalah, mereka bertanya: Berapa banyak cara saya melihat itu? Bagaimana saya memikirkan kembali cara saya melihat itu? Berapa banyak cara yang berbeda yang dapat mengatasi masalah itu? Seorang jenius tidak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut, Apa yang pernah saya pelajari dari seseorang untuk mengatasi masalah seperti ini? Mereka cenderung untuk mengangkat masalah ini dengan banyak respon- respon yang berbeda, beberapa tidak biasa dan unik. Seorang yang berpikiran produktif akan mengatakan dengan banyak cara penampilan untuk mengungkapkan "tigabelas" seperti dijelaskan sebagai berikut:
Seperti yang Anda lihat, dengan mengungkapkan 13 dalam beberapa cara atau membaginya menjadi dua dengan beberapa cara juga, dapat dikatakan bahwa setengah dari 13 adalah 6.5 atau 1 dan 3, atau 4, atau 11 dan 2, atau 8, dan seterusnya.
Dengan berpikir produktif, seseorang akan mengemukakan sebanyak mungkin alternatif pemecahan bagi suatu masalah.
STRATEGI BERPIKIR PARA JENIUS
Sejumlah sarjana bekerja keras mempelajari bagaimana para jenius berpikir. Dengan cara mempelajari catatan-catatan, koresponden, tanya jawab dan gagasan-gagasan dari pemikir-pemikir besar, para sarjana ini mengidentifikasikan strategi berpikir yang spesifik dan gaya berpikir yang memungkinkan para jenius menghasilkan novel yang banyak dan bervariasi dan juga gagasangagasan yang orisinil
DELAPAN STRATEGI
Berikut ini uraian singkat mengenai stategi-strategi yang umumnya merupakan gaya berpikir dari para jenius yang kreatif dalam ilmu pengetahun, seni, dan industri, sampai sejarah.
1. Jenius melihat masalah dari berbagai sudut
Jenius kadang-kadang menemukan perspektif baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Leonardo da Vinci percaya bahwa, untuk memperoleh pengetahuan mengenai bentuk suatu masalah, Anda harus mulai dengan mempelajari bagaimana merestrukturisasikan masalah itu dengan berbagai macam cara. Ia merasa bahwa cara pertama ketika ia melihat suatu masalah, sangat bias terhadap cara yang biasanya digunakan olehnya dalam melihat hal-hal yang ada. Ia akan merestrukturisasikan masalahnya dengan melihat masalah itu dari satu perspektif dan bergerak ke prespektif yang lain dan yang lain lagi. Dengan setiap pergerakan, pengertiannya akan bertambah dalam dan akan mulai mengerti inti persoalannya.
Toeri relativitas Einstein, pada intinya, merupakan perjalanan dari interaksi antara perspektif-perspektif yang berbeda. Metode analitik Freud didesain untuk menemukan detail- detail yang tidak cocok dengan perspektif-perspektif tradisional, dengan tujuan untuk menemukan pendirian baru yang lengkap.
Untuk menyelesaikan masalah secara kreatif, pemikir harus meninggalkan pendekatan awal, yang berasal dari pengalaman yang lalu, dan mengkonsep ulang masalah. Dengan tidak menempatkan pada satu perspektif, jenius tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, seperti menemukan suatu lingkungan yang bersahabat dan hangat. Mereka mengenal sesuatu yang lain.
2. Para jenius berpikiran tajam
Ledakan kreativitas pada Renaissance sangat terikat pada perekaman dan penyampaian pengetahuan yang sangat banyak dalam hal melukis, grafik dan diagram, seperti pada diagram yang terkenal dari da Vinci dan Galileo. Revolusi ilmu pengetahuan Galileo dengan mengemukakan pemikiran yang tajam tentang penggunaan grafik, sedangkan orang-orang yang sezamannya hanya menggunakan pemikiran secara matematis dan secara lisan.
Sekali para jenius mendapatkan fasilitas untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan, tampaknya mereka akan mengembangkan keterampilannya berpikir yang tajam dan kemampuan berpikir sebatas ruang/tempat, yang memberikan kepada mereka fleksibilitas untuk menampilkan penjelasan dengan berbagai cara. Bila Einstein berpikir melalui suatu masalah, ia selalu menemukan bahwa perlu merumuskan pokok masalah melalui berbagai macam cara, sebanyak mungkin, termasuk menggunakan diagram. Ia mempunyai pemikiran yang tajam; ia berpikir dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang tajam dan dalam bentuk ruang, daripada berpikir secara murni matematis atau secara lisan. Kenyataannya Einstein percaya bahwa kata-kata dan angka-angka, seperti sebagaimana itu dituliskan dan disebutkan, tidak akan memainkan peran secara signifikan dalam proses berpikir seseorang.
3. Para jenius memproduksi
Karakteristik yang berbeda dari jenius adalah produktivitas dalam jumlah besar. Thomas Edison memegang 1093 hak paten, tetap merupakan rekor. Ia memberikan garansi produktivitas dengan memberikan dirinya dan asistennya bagian-bagian gagasan. Bagian pribadi yang dimiliki Edison merupakan satu penemuan kecil setiap sepuluh hari dan suatu penemuan besar setiap enam bulan.
Bach menulis kantata setiap minggu, meski pada saat ia sakit dan merasa lelah. Mozart memproduksi lebih dari 600 buah musik. Einstein sangat terkenal paling baik dengan makalahnya mengenai teori relativitas, tetapi ia juga memproduksi 248 makalah lainnya.
Sebuah penelitian mengenai 2036 ilmuan di sepanjang sejarah, Dein Keith Simionton dari Universitas California di Davis menemukan bahwa ternyata yang diproduksi pakar-pakar besar bukan hanya menghasilkan kinerja-kinerja besar, namun juga kinerja-kinerja yang "buruk". Dari begitu banyak kinerja yang mereka hasilkan, kualitas bisa berbeda-beda.
4. Para jenius membuat kombinasi-kombinasi Baru
Pada buku karangan Simonton, "Sientific Genius" (1989), Simonton menuliskan bahwa para jenius senantiasa menciptakan kombinasi-kombinasi pemikiran yang baru. Berbeda dengan pengarang berbakat pada umumnya. Seperti anak-anak yang membangun bangunan dari balokbalok mainan, seorang jenius secara konstan mengkombinasikan dan mengkombinasikan ulang ide-ide/gagasan-gagasan, image-image dan pemikiran-pemikiran ke dalam kombinasi-kombinasi yang berbeda dalam alam sadar dan alam di bawah sadar mereka.
Menurut konsep persamaan Einstein, E = mc2. Einstein tidak menemukan konsep mengenai energi, massa atau kecepatan cahaya. Namun dengan mengkombinasikan konsep-konsep ini dengan cara baru, ia dapat melihat ke dunia yang sama seperti siapa pun juga dan melihat sesuatu yang berbeda. Hukum pengembangbiakan yang mendasari ilmu pengetahun modern mengenai genetika berasal dari biarawan Austria Gregor Mendel, yang mengkombinasikan matematika dengan biologi untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru.
5. Para Jenius menekankan hubungan
Da Vinci menekankan suatu hubungan antara suara sebuah lonceng dengan sebuah batu yang dilemparkan ke air. Ini membuat ia mengerti bahwa ada hubungan antara suara dan gelembung. Pada tahun 1865, F. A. Kekule mengkhayalkan bentuk sebuah cincin seperti molekul benzone dengan memimpikan seekor ular yang sedang menggigit ekornya. Samuel Morse mengalami jalan buntu ketika akan menampilkan bagaimana memproduksi sinyal telegrafik yang cukup kuat untuk dikirimkan dari pantai ke pantai. Pada suatu hari ia melihat kuda-kuda yang terikat sedang ditukar di suatu stasiun relay dan menginspirasikan kepadanya suatu hubungan antara stasiun relay untuk kuda-kuda dengan sinyal-sinyal yang kuat. Hasilnya adalah memberikan sinyal secara periodik dengan kekuatan dorongan.
6. Para jenius berpikir berlawanan
Ahli fisika dan filsafat David Bohm percaya bahwa jenius dapat memikirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda sebab dapat mentoleransikan dua perasaan yang bertentangan, antara dua hal yang berlawanan atau dua hal yang tidak sesuai. Albert Rothenberg, seorang peneliti proses kreatif, mengidentifikasikan kemampuan ini dengan berbagai variasi pada para jenius - termasuk Einstein, Mozart, Edison, Pasteur, Conrad, dan Picasso - dalam bukunya " The emerging Godless: The Creative Process in Art, Science and Other field." Ahli fisika Niels Bohm percaya bahwa apabila Anda bertahan pada pengertian yang berlawanan secara bersama-sama, maka Anda menggantungkan pikiran Anda bergerak ke tingkatan yang baru. Penggantungan pikiran menyebabkan kecerdasan di luar pikiran untuk bertindak dan menciptakan format baru. Putaran dari pemikiran yang bertentangan menciptakan kondisi sebagai suatu pendirian yang baru.
Penemuan Thomas Edison tentang sistem tenaga listrik diawali dengan tindakan mengkombinasikan kawat pada kontak paralel dengan kawat pijar yang bertegangan tinggi dalam bola lampu - suatu hal yang mustahil bagi pemikir-pemikir konvensional. Hal ini disebabkan Edison dapat mentoleransikan perasaan yang bertentangan, dua hal yang tidak sesuai. Ia dapat melihat hubungan yang membawanya ke terobosan baru.
7. Para jenius berpikir dengan kiasan
Aristoteles menganggap kiasan merupakan tanda seorang jenius, ia percaya bahwa seorang individu yang mempunyai kemampuan untuk merasakan kemiripan/persamaan antara dua daerah yang terpisah, dan mencari mata rantai antara keduanya, adalah seorang dengan bakat istimewa.
Alexander Graham Bells membandingkan kinerja bagian dalam telinga dengan sepotong selaput dari baja ringan - dan memahami cara kerja telepon. Einstein mengambil manfaat dan menjelaskan prinsip- prinsipnya yang abstrak dengan cara menggambarkan persamaan-persamaan/kias-kias melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi setiap hari seperti mendayung kapal atau berdiri di halte kereta api ketika kereta lewat.
8. Jenius mempersiapkan diri untuk meraih kesempatan
Bila kita menetapkan untuk melakukan sesuatu dan gagal, kita berhenti untuk mencoba melakukan yang lain. Ini merupakan prinsip kreatif yang gagal. Seharusnya kita bertanya mengapa kita sampai gagal melakukan yang kita inginkan, ini adalah suatu pertanyaan biasa.
Tetapi gagal dalam kreatif mempunyai pertanyaan yang berbeda: Apa yang kita lakukan? Menjawab pertanyaan itu merupakan sesuatu yang baru, cara yang tidak diharapkan merupakan inti dari kegiatan kreatif. Memang kita tidak beruntung, namun kita mendapatkan wawasan yang kreatif.
Alexander Fleming bukanlah seorang dokter pertama yang mempelajari bakteri yang mematikan. Ia mencatat bahwa jamur dapat membentuk suatu kebudayaan baru. Dokter-dokter yang berbakat pada zaman itu membuang peluang yang tampaknya tidak relevan ini, tetapi Fleming mencatat sebagai "sangat menarik" dan memikirkan apakah jamur ini bisa potensial. Ternyata hal yang dikatakan Fleming sebagai "sangat menarik" kemudian diobservasi dan menjadi obat penisilin.
Edison, ketika merenungkan bagaimana membuat kawat arang, dengan tidak sengaja mempermainkan sebongkah dempul. Ia memutar dan membelit dempul itu dengan tangannya. Ketika ia melihat ke kedua tangannya, jawabannya ada di sana: lilit carbon seperti tali.
B. F. Skiner menekankan suatu prinsip utama bagi metodologi ilmu pengetahuan: Bila Anda menemukan sesuatu yang menarik, hentikan segala sesuatu, dan teliti hal yang menarik tadi. Jenius yang kreatif tidak mau menunggu sampai ada kesempatan; sebaliknya justru mereka secara aktif memburu penemuan yang tidak disengaja itu dengan segera.
TES UNTUK MELIHAT CARA BERPIKIR JENIUS ANDA
Kebanyakan orang melihat gambar di atas sebagai barisan gambar persegi dan bulatan yang berselang-seling. Gambar itu agak sukar terlihat sebagai kolom-kolom bulatan dan persegi yang berselang-seling.
Sekali kita menentukan gambar tersebut sebagai kolom-kolom bulatan dan persegi yang berselang-seling, maka pasti kita akan dapat melihatnya. Hal ini bisa terjadi karena kita sudah terbiasa menjadi pasif dalam menyatukan item-item yang hampir sama dalam pikiran kita. Para jenius, di lain pihak senantiasa "menumbangkan" kebiasaan; dan secara aktif mencari cara-cara alternatif untuk memikirkan hal-hal yang dihadapinya.
TERAPIKAN STRATEGI INI PADA DIRI ANDA
Jenius yang kreatif tahu bagaimana menggunakan strategi berpikir ini - dan mengajarkan kepada orang lain agar menggunakannya. Harriet Zuckerman, sosiolog, menemukan bahwa enam mahasiswa Enrico Fermi mendapat Hadiah Nobel, sama seperti dia.
Ernest Lawrence dan Niel Bohr masing-masing mempunyai empat orang mahasiswa yang memenangkan Hadiah Nobel. J. J. Thomson dan Ernest Rutherford sebagai pelatih mempunyai 17 siswa pemenang hadiah Nobel.
Pertimbangan dalam pemberian Hadiah Nobel bukanlah karena orang tersebut kreatif dalam bidangnya, namun juga bisa mengajarkan orang lain untuk berpikir kreatif.
Penelitian Zuckerman membuktikan bahwa penerimaan Hadiah Nobel bisa menguasai ilmu pengetahuan karena sebelumnya mereka telah mempelajari gaya dan strategi berpikir yang berbeda. Jadi jelas, strategi-strategi jenius dapat dipelajari.
Menyadari dan menerapkan strategi-strategi berpikir yang umum dari jenius-jenius yang kreatif dapat membantu Anda menjadi lebih kreatif dalam tugas dan kehidupan pribadi Anda
[Indonesia] Orang-orang jenius Indonesia yang berjaya di luar negeri
Cyber juga manusia | 00.15 |
[Indonesia] Orang-orang jenius Indonesia yang berjaya di luar negeri
Siapa bilang kalo Indonesia adalah negara dengan kualitas kecerdasan manusia yang rata-rata rendah ? Buktinya, ada beberapa putra bangsa (dan mungkin masih banyak lagi yang belum terdeteksi) yang mampu berkarya hingga tingkat internasional. Siapa aja mereka, cekidot…(ada yang dari Jogja juga bro)
Berita dari Medan itu membuat Nelson Tansu lemas. Di Universitas Lehigh, Pennsylvania, Amerika Serikat, tempatnya bekerja sehari-hari, Agustus 2 tahun lalu ia meradang. Kabar itu demikian membuatnya shocked: mama tercintanya, Auw Lie Min, dan papa tersayangnya, Iskandar Tansu, direktur percetakan PT Mutiara Inti Sari, tewas. Mereka dibunuh oleh perampok di area perkebunan karet PTPN II Tanjung Morawa.
Peristiwa itu sempat membuatnya “tak percaya” terhadap Indonesia. Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.
Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.
Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi Asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.
Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. “Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?” “Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia,” katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki Ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.
Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita. Ia tumbuh cemerlang tanpa perhatian negara sama sekali. Bila Koran Tempo kali ini menurunkan liputan khusus mengenai orang-orang seperti Nelson, itu karena koran ini melihat sesungguhnya kita cukup memiliki ilmuwan dan pekerja profesional yang berprestasi di luar negeri. Diaspora kita bukan hanya tenaga kerja Indonesia. Kita memiliki sejumlah Nelson lain—di Amerika, Eropa, dan Jepang. Orang orang yang sebetulnya, bila diperhatikan pemerintah, akan bisa memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan Indonesia.
Matahari setengah rebah di Medari, Sleman, Yogyakarta. Asar sudah datang. Zakaria bergegas mencari anaknya, Muhammad Arief Budiman. Dia bisa berada di mana saja: di sawah, di kebun salak pondoh, atau—jika sedang beruntung—ia akan ditemukan di sekitar rumah. Zakaria harus menemukannya sebelum matahari terlalu rebah, agar anaknya tak melewatkan salat asar dan mengaji di musala.
Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Tiga puluh tahun kemudian….
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu Perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah anak Zakaria itu. Pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.
Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa “membeli” kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
Kita pun seperti melihat sepenggal kecil sejarah Indonesia yang sedang diputar ulang. Pada akhir 1955, ahli genetika (dulu pemuliaan) tanaman kelahiran Jawa yang malang-melintang di Eropa dan Amerika, Joe Hin Tjio, dicatat dengan tinta emas dalam sejarah genetika karena temuannya tentang genetika manusia. Ia menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah—bukan 48 seperti keyakinan ahli genetika manusia di masa itu (“The Chromosome Number of Man. Jurnal Hereditas vol. 42: halaman 1-6, 1956). Tjio—lahir pada 1916, wafat pada 2001—bisa menghitung kromosom itu dengan tepat setelah ia menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr T.C. Hsu di Texas University, Amerika Serikat.
Bangkai burung, balsam gosok, dan kisah mumi Firaun. Siapa mengira tiga benda sepele itu ada gunanya. Tapi itulah trio yang “menghidupkan” pria kampung seperti Khoirul Anwar. Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with Cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006,California,USA.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,” kata dia. Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini.
Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada Bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.
Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa. Saat ini Khoirul sedang menekuni dua topik penelitian yang dilakukan sendiri dan enam topik penelitian yang digarap bersama enam mahasiswanya.
Sumber
Berita dari Medan itu membuat Nelson Tansu lemas. Di Universitas Lehigh, Pennsylvania, Amerika Serikat, tempatnya bekerja sehari-hari, Agustus 2 tahun lalu ia meradang. Kabar itu demikian membuatnya shocked: mama tercintanya, Auw Lie Min, dan papa tersayangnya, Iskandar Tansu, direktur percetakan PT Mutiara Inti Sari, tewas. Mereka dibunuh oleh perampok di area perkebunan karet PTPN II Tanjung Morawa.
Peristiwa itu sempat membuatnya “tak percaya” terhadap Indonesia. Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.
Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.
Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi Asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.
Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. “Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?” “Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia,” katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki Ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.
Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita. Ia tumbuh cemerlang tanpa perhatian negara sama sekali. Bila Koran Tempo kali ini menurunkan liputan khusus mengenai orang-orang seperti Nelson, itu karena koran ini melihat sesungguhnya kita cukup memiliki ilmuwan dan pekerja profesional yang berprestasi di luar negeri. Diaspora kita bukan hanya tenaga kerja Indonesia. Kita memiliki sejumlah Nelson lain—di Amerika, Eropa, dan Jepang. Orang orang yang sebetulnya, bila diperhatikan pemerintah, akan bisa memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan Indonesia.
MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN: MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS
Matahari setengah rebah di Medari, Sleman, Yogyakarta. Asar sudah datang. Zakaria bergegas mencari anaknya, Muhammad Arief Budiman. Dia bisa berada di mana saja: di sawah, di kebun salak pondoh, atau—jika sedang beruntung—ia akan ditemukan di sekitar rumah. Zakaria harus menemukannya sebelum matahari terlalu rebah, agar anaknya tak melewatkan salat asar dan mengaji di musala.
Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Tiga puluh tahun kemudian….
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu Perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah anak Zakaria itu. Pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.
Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa “membeli” kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
Kita pun seperti melihat sepenggal kecil sejarah Indonesia yang sedang diputar ulang. Pada akhir 1955, ahli genetika (dulu pemuliaan) tanaman kelahiran Jawa yang malang-melintang di Eropa dan Amerika, Joe Hin Tjio, dicatat dengan tinta emas dalam sejarah genetika karena temuannya tentang genetika manusia. Ia menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah—bukan 48 seperti keyakinan ahli genetika manusia di masa itu (“The Chromosome Number of Man. Jurnal Hereditas vol. 42: halaman 1-6, 1956). Tjio—lahir pada 1916, wafat pada 2001—bisa menghitung kromosom itu dengan tepat setelah ia menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr T.C. Hsu di Texas University, Amerika Serikat.
Prof Dr. KHOIRUL ANWAR: TERINSPIRASI KISAH FIRAUN
Bangkai burung, balsam gosok, dan kisah mumi Firaun. Siapa mengira tiga benda sepele itu ada gunanya. Tapi itulah trio yang “menghidupkan” pria kampung seperti Khoirul Anwar. Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with Cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006,California,USA.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,” kata dia. Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini.
Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada Bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.
Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa. Saat ini Khoirul sedang menekuni dua topik penelitian yang dilakukan sendiri dan enam topik penelitian yang digarap bersama enam mahasiswanya.
Sumber
KISAH ORANG ORANG GENIUS DARI INDONESIA
Cyber juga manusia | 00.11 |
KISAH ORANG ORANG GENIUS DARI INDONESIA
Siapa bilang warga Indonesia tak mampu bersaing di kancah Internasional, apa lagi jika ada yang sampai beranggapan bahwa manusia Indonesia bodoh atau tak berdaya saing. Nih buktinya, beberapa orang jenius asal Indonesia berikut ini mampu membuktikan dirinya lewat hasil karyanya serta kisah kejeniusan. Siapa sajakah mereka? Wah, yang pasti bukan saya. Berikut saya sajikan kisah segelintir dari orang-orang jenius asal Indonesaia. Selamat membaca.
1. March Boediharjo (mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU).
March Boediharjo (tengah) pada: Pebruari 04, 2010, 10:38:38 ») |
HONG KONG – Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007).
Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
2. Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano
Prof.Nelson Tansu (tengah) |
Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.
Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.
Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.
Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. “Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?” “Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia,” katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia. Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita.
3. Prof Dr. Khoirul Anwar : PEMILIK PATEN TEKNOLOGI 4G
Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.
Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang.
4. Liem Tiang Gwan – AHLI RADAR EROPA ASLI DARI SEMARANG
Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara Heathrow, London, Inggris ? barangkali tidak mengetahui bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang.Selain itu, banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya.
Itulah Liem Tiang-Gwan, yang selama puluhan tahun bergelut dan malang melintang dalam dunia antena, radar, dan kontrol lalu lintas udara. Maka, bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam dunia itu, pasti tidak asing dengan pria kelahiran Semarang, 20 Juni 1930, ini. Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-beluk sistem gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan membuat peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.
Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih berkeinginan untuk kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka, tahun 1963 ia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia.
”Apa pun yang terjadi, saya harus pulang,” ujarnya mengenang.
5. Sonja dan Shanti Sungkono: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN
Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar berbagai penghargaan internasional bergengsi. Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.
Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.
Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.
Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos—produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.
wow!! 10 orang jenius di indonesia yang membuat sejarah baru di dunia, check this out!!
Cyber juga manusia | 00.10 |
10 orang jenius di indonesia yang membuat sejarah baru di dunia
Orang Indonesia selama ini rata-rata dianggap sebagai orang yang bodoh, bahkan ada lelucon yaitu otak orang Indonesia bagus untuk penelitian karena masih fresh alias tidak pernah dipakai. Kita juga terkadang muak dengan ocehan orang Negara sebelah yang bilang Indon yang identic dengan kebodohannya. Namun sebenarnya orang Indonesia nggak kalah pinter disbanding orang dari Negara maju sekalipun. Yang membedakan adalah mereka memiliki system pendidikan dan infrastruktur yang modern, yang bias memaksimalkan potensi a.k.a otak dari setiap peserta didik.
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt. Pada usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika. Sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia
2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah, Muhammad Arief Budiman, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler. Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Prestasi membanggakan ditorehkan Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun. ia sudah mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi.
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Setelah menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J. Habibie memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara. Kejeniusannya membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat Cum Laude tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae. Penemuan itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda. Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile. Setamat SMA, pada 1992–1993,Johny mengenyam pendidikan pra-universitas di Studienkolleg Heidelberg,Jerman. Johny kemudian mempelajari Fisika di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman, dan mengambil Master di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg. Disertasinya di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg, berjudul Radial velocity variation of G and K Giants. Sejak Juni 2003, Johny bekerja sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di Department of Planet and Star Formation (Prof. Dr.Thomas Henning). Wilayah risetnya saat ini meliputi planet-planet di luar tata surya di sekitar bintangbintang muda dan bintang-bintang yang sedang terbentuk. Selain itu,Johny yang tinggal di Bintaro Sektor IX ini juga meneliti atmosfer yang berperan sebagai bintang.
7. Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, putra kelahiran Surabaya adalah contoh lain kisah sukses putra Indonesia di luar negeri. Ia adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Pro Thera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Riset yang dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada pemahaman terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System. Hebatnya penemuan Lim menjadi acuan utama rumah sakit-rumah sakit di AS saat ini.
8. Yanuar Nugroho
Tahun 2009 lalu, seorang putra Indonesia menyedot perhatian dunia akademik di Inggris . Namanya Yanuar Nugroho, pengajar di Institut Kajian Inovasi ata Manchester Institution of Innovation Research dan Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih penghargaan sebagai dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut Yanuar, Desember tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada lebih dari 15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan Riset Eropa, serta Departemen Industri dan Perdagangan Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Satu lagi putra Indonesia yang membanggakan di luar negeri adalah Andreas Raharso. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group. Hay Group mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pemimpin dunia seperti AS, Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya. Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.